Kamis, 26 Februari 2015

Siapakah Dajjal yang akan muncul di akhir zaman? Bagaimana kisah dan sifat Dajjal yang telah diberitahu Nabi kepada kita


An-Nawwas bin Sim’an r.a berkata: Pada suatu pagi Rasulullah s.a.w menyampaikan hal ehwal Dajjal. Kadang-kadang suara baginda terdengar mendatar dan kadang-kadang keras, sehingga kami mengira Dajjal berada di sekitar kebun Madinah. Ketika kami kembali, baginda mengetahui ada sesuatu yang sedang kami fikirkan. Baginda bertanya: Ada apa dengan kalian? Kami menjawab: Wahai Rasulullah s.a.w, pagi tadi engkau menyebut perihal Dajjal, kadang-kadang suaramu terdengar mendatar dan kadang-kadang keras, sehingga kami mengira Dajjal berada di sekitar kebun yang ada di sini. Baginda bersabda: Bukan Dajjal yang paling aku takutkan akan memperdayai kalian, sebab jika Dajjal muncul di saat aku masih hidup, maka aku akan mengatasinya langsung dan menjaga kalian darinya. Dan jika ia muncul ketika aku telah tiada, maka setiap orang akan dapat mengatasinya dengan mudah, Allah lah yang akan mengambil perananku untuk menjaga setiap muslim.

Sesungguhnya saat muncul, Dajjal adalah seorang pemuda berambut sangat kerinting, matanya menonjol keluar, seperti mirip dengan Abdul ‘Uzza bin Qathan. Barangsiapa di antara kalian yang melihatnya, maka hendaknya membacakan ayat-ayat pertama surah Al-Kahfi. Ia muncul di sebuah jalan yang terletak antara Syam dan Iraq, lalu membuat kerosakan di kanan dan di kiri. Wahai hamba-hamba Allah, bertahanlah.
Kami bertanya: Wahai Rasulullah, berapa lama dia tinggal di bumi? Baginda menjawab: Empat puluh hari. Sehari seperti setahun, sehari lagi seperti sebulan, sehari lagi seperti seminggu dan hari-hari yang lainnya sana seperti hari-hari yang biasa kamu alami. Kami berkata: Wahai Rasulullah, tentang satu hari yang sama seperti setahun, apakah kami cukup melakukan solat seperti hari biasa (lima kali sepanjang tahun)? Baginda menjawab: Tidak, akan tetapi perkirakanlah jarak waktunya.
Kami berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana kecepatan perjalanan Dajjal di bumi? Baginda menjawab: Seperti hujan yang ditiup angin. Dajjal mendatangi sesuatu kaum dan mengajak mereka agar menjadi pengikutnya. Mereka pun beriman dengannya dan mahu menjadi pengikutnya. Saat itu juga Dajjal menyuruh awan untuk menurunkan hujan , maka turunlah hujan, dan menyuruh bumi untuk menumbuhkan tanam-tanaman sehingga haiwan-haiwan peliharaan kaum tersebut bertambah besar, susunya bertambah banyak dan badannya bertambah gemuk.
Kemudian Dajjal mendatangi kaum yang lain, dia mengajak mereka agar menjadi pengikutnya, tapi mereka menolak. Setelah Dajjal meninggalkan mereka, maka pada pagi harinya tanah mereka menjadi kering dan harta mereka musnah. Dajjal melewati tempat peninggalan yang lama, lalu berkata: Keluarkanlah harta yang terpendam di tanahmu! Maka keluarlah harta Qarun yang terpendam di dalamnya dan mengikuti Dajjal seperti lebah-lebah jantan yang mengikuti ratunya.
Setelah itu Dajjal memanggil seorang anak muda belia, lalu menebaskan pedangnya ke arah tubuh pemuda tersebut hingga terbelah menjadi dua dengan tepat sekali. Setelah pemuda itu dihidupkan kembali, Dajjal memanggilnya lagi dan mengajaknya agar menjadi pengikutnya. Sang pemuda hanya menghadap kepadanya dengan wajah yang tampak tegar dan ketawa. [Dalam hadith lain dikisahkan bahawa setelah pemuda itu dihidupkan, maka dia lebih yakin bahawa Dajjal itu pembohong yang besar lalu diberitahu kepada orang ramai akan siapa Dajjal. Pemuda itu akhirnya dicampakkan ke dalam kobaran api yang disangkakan oleh pengikut Dajjal adalah neraka, padahal pemuda itu masuk syurga].
Dalam keadaan seperti itulah Allah Ta’ala mengirimkan Isa a.s putera Maryam. Isa turun di Manarah Baidha’ yang terletak di sebelah timur Kota Damaskus dengan memakai dua pakaian yang dicelup. Dia meletakkan tangannya di celah-celah sayap dua malaikat. Jika Isa menundukkan kepalanya, maka titik-titik air jatuh darinya dan apabila mengangkat tegak kepalanya, maka bercucurlah air darinya seperti butir-butir mutiara yang jatuh.
Setiap orang kafir yang merasakan hembusan nafasnya akan mati padahal hembusan nafasnya menyebar sejauh mata memandang. Isa mengejar Dajjal sampai menemukannya di daerah Bab Ludd dan membunuhnya di sana. Kemudian Isa mendatangi suatu kaum yang telah dijaga oleh Allah dari kejahatan Dajjal. Isa mengusap wajah mereka dan menerangkan kedudukan-kedudukan mereka di syurga. Dalam keadaan seperti itu Allah mewahyukan kepada Isa a.s: “Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hambaKu (manusia) yang sangat kuat sehingga tidak ada yang sanggup berperang melawan mereka. Kerana itu, bawalah hamba-hambaKu yang taat ke gunung Thur dan berlindunglah di sana.”
Allah mengeluarkan Yakjuj dan Makjuj. Mereka bergerak dengan cepat dari segala arah. Kelompok mereka yang berada di garis depan melewati danau Thabariyah dan meminum airnya. Ketika kelompok di garis belakang tiba, mereka berkata: Sebelumnya danau ini masih penuh dengan air.
Nabi Isa dan para pengikutnya dikepung. Keadaan mereka semakin memprihatinkan sehingga satu kepala lembu yang ada di tangan mereka lebih berharga dari seratus dinar yang ada di tangan kalian saat ini. Nabi Isa a.s dan para pengikutnya berdoa kepada Allah Ta’ala. Maka Allah menjadikan ulat pada leher Yakjuj dan Makjuj sehingga esoknya mereka semua mati sekaligus.
Isa a.s dan para pengikutnya turun dari gunung, tapi seluruh tempat di daerah tersebut penuh dengan mayat dan menyebarkan bau busuk yang menyengat. Nabi Isa a.s dan para pengikutnya berdoa kepada Allah Ta’ala, maka Allah mengirimkan burung-burung besar seperti leher unta yang mengambil mayat-mayat bangsa Yakjuj dan Makjujdan melemparkannya di tempat-tempat yang dikehendaki Allah. Lalu Allah menurunkan hujan yang sangat deras dan meliputi seluruh kota dan pendalaman sehingga tanah menjadi bersih dan licin. Kemudian dikatakan kepada bumi: Keluarkanlah buahmu dan kembalikan berkahmu.
Di masa itu sekelompok masyarakat boleh memakan buah delima dan menggunakan kulitnya untuk melindungi kepala dari sengatan matahari. Susu pun menjadi berkah sehingga susu seekor unta cukup untuk diminum oleh sekelompok masyarakat. Susu seekor lembu cukup untuk diminum oleh satu kabilah (suku) dan susu seekor kambing cukup diminum oleh sekelompok keluarga besar. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah mengirimkan angin yang sangat menyegarkan dan menghembus di bawah ketiak mereka. Bersamaan dengan hembusannya, Malaikat mencabut nyawa setiap orang mukmin dan muslim, sehingga yang tersisa di bumi adalah orang-orang yang bergelumang dengan dosa. Mereka biasa berzina di tempat terbuka seperti keldai. merekalah yang mengalami kejadian Hari Kiamat.
(Hadith Riwayat Muslim)


Di atas tendon ini. Di kala senja, aku terduduk merenungi kehidupanku. Mencoba membandingkan kehidupanku dengan kehidupan yang lain di alam ini. Teduhnya senja membuat suasana hatiku lebih tenang. Senja yang selalu bisa membuatku rileks. Senja yang selalu bisa membuat suasana hati yang kalut menjadi plong. Senja yang selalu bisa membuat jiwaku yang tertekan merasa bebas. Ya, bagiku senja adalah sahabat sejatiku. Dan tidak pernah aku mendapatkan sahabat sejati yang benar-benar senjati seperti senja.
Aku memandang lurus ke depan sana. Tampak hamparan luas alang-alang yang menari di antara tiupan angin. Burung-burung bernyanyi berkejaran bersama kawananya. Aku iri pada burung itu. Mereka begitu riang. Hidup bebas tanpa tekanan dan tuntutan. Beda denganku yang selalu ketakutan akan masa depan yang belum tentu akan terjadi. Aku hidup kaku dengan aturan-aturan manusia yang kadang bagiku itu mekekang kebebasan. Aku ingin seperti burung.

Katanya hidup dengan seribu sahabat itu kurang dan satu musuh itu sangat membebani. Aku tak tahu apakah aku memiliki musuh atau tidak. Tetapi untuk orang yang aku benci tentu ada. Orang yang kita benci bukan berarti musuh. Tetapi musuh adalah jelas orang yang kita benci. Aku tak suka dengan sifatnya bukan orangnya. Sementara mencari seribu sahabat, aku sanksi. Aku tidak seperti kebanyakan pemuda pada umumnya. Aku takut terhadap orang. Hal tersebut terjadi karena ketidak nyamananku berada di dekat mereka. Ketidak nyamanan itu muncul akibat ketidak pedeanku. Ketidak pedean itu muncul karena aku merasa berbeda, merasa memiliki terlalu banyak kekurangn dibanding mereka. Bila berada di antara mereka rasanya ada satu jarak yang membatasi diriku dengan mereka. Satu dinding kasat mata yang seolah memisahkan dimensiku dari dimensi mereka. Dan aku hanya bisa menyaksikan keakraban mereka tanpa bisa ikut merasakanya. Itulah yang menyebabkanku sering merasa sendiri di tengah keramaian. Aku penyandang asperger, itu diagnosaku setelah membaca di perpustakaan google.

Jika bicara tentang persahabatan, walaupun aku takut terhadap orang, bukan berarti aku tidak memiliki sahabat sama sekali. Aku memiliki beberapa nama sahabat yang namanya ku ukir di hati. Sahabat yang susah payah aku mendapatkanya. Bagaimana tidak, dari proses mengenal sampai menjadi sahabat butuh waktu hingga bertahun-tahun. Tapi sayangnya, di antara sekian nama yang aku ukir, hanya satu nama yang benar-benar masih ada untuku. Sisanya entah kemana. Kadang aku merasa terbuang. Mereka yang dulu selalu bersama, meninggalkanku yang kala itu terpuruk. Aku tak tahu kenapa mereka menjadi seperti itu. Mungkin karena mereka terlalu sibuk dengan kuliahnya atau mungkin hal lain sehingga tidak sempat berkomunikasi lagi denganku. Atau kemungkinan yang terparah, mereka memang membuangku. Mereka menganggapku hanya sahabat sambil lalu.
Pernah satu ketika aku menghubungi salah saatu sahabat terbaiku lewat whatsapp. Dia adalah seseorang yang aku kagumi. Dari dialah aku mendapatkan gelar “Skeptis”. Aku menanyakan kabarnya, dia membalas “Ini siapa?”. Aku menjawab “Ini aku Sofyan Iskandar alumni IPA 1.” Tak ada balasan sama sekali. Entah tak ada pulsa atau mungkin memang sengaja tak membalasnya. Aku yakin dia sengaja tidak membalasnya. Bukan berburuk sangka, aku mengatakan begitu karena memiliki alasan. Alasan pertama, dia tidak pernah mengseve nomor Hpku padahal dulu sering chat. Baik di whatsapp maupun di kakao. Ini dibuktikan dengan dia tidak mengenali nomorku. Kalaupun ganti Hp itu bukan suatu alasan baginya mengabaikanku. Kedua, dia tidak membalas chatku setelah aku menyebutkan namaku. Alasan kedua adalah alasan penguat alasan pertama. Sunggung sakit hati ini. Aku menganggap dia lebih dari seorang sahabat biasa. Tapi nyatanya dia menganggapku… entahlah.
2010 adalah tahun paling kalut di hidupku. Aku kehilangan keluarga, orangtuaku bercerai. Kami terpecah. Adiku yang memiliki mimpi menjadi perawat harus mengkandaskan mimpinya. Dia memilih menikah karena tidak ingin ikut dengan Mamah terlebih Bapak. Adikku yang kedua sekaligus bungsu harus kehilangan kasih sayang yang utuh disaat dia sangat membutuhkanya. Dia baru belajar berjalaan kala itu. Mamah, wanita tegar, wanita yang senantiasa melakukan yang terbaik dalam perananya sebagai seorang ibu dan istri memilih pergi ke Kalimantan. Aku sendiri, di tengah kekuranganku, aku mencoba berjuang sendiri di kerasnya kehidupan kota. Jangan tanyakan tentang mimpi masa depanku, karena mimpi itu juga hancur dirampas oleh takdir. Sementara Bapak, dia yang paling bahagia dengan perceraian itu. Dia akhirnya bisa bersatu dengan wanita salihah selingkuhannya itu. Ya, Bapak pernah bilang kalau selingkuhannya itu adalah seorang wanita salihah. Aku hanya ingin tertawa mendengar perkataannya itu. Wanita salihah sama dengan wanita pengganggu rumahtangga orang? Yang benar saja.
Kehilangan memang sesuatu yang menyakitkan. Dalam hidup ini, setiap manusia pasti akan mengalaminya. Aku bukan saja kehilangan keluargaku, mimpiku, akan tetapi aku juga kehilangan orang-orang yang aku anggap sahabat. Ketika aku terjatuh, tak ada satu pun dari mereka yang mencoba menyanggaku. Hati yang hancur semakin hancur. Aku tak tahu harus melakukan apa untuk mengurangi rasa sakit yang terus menggerogoti hati ini. Akhirnya aku berubah. Ya, rasa sakit itu membuatku berubah. Aku yang anti rok*k mulai bersahabat dengannya. Aku yang membenci minuman keras mulai berkenalan dengannya. Sahabat-sahabatku yang mulai tahu keburukanku itu berkomentar pedas akan hidupku. Dan aku tak peduli. Selama ini mereka kemana? Ketika aku membutuhkanya, mereka tak ada. Kenapa mereka datang. Datang dan pergi kembali. Karena setelah mereka mencaciku mereka langsung pergi.

Malam kian kelam. Sekelam hatiku yang kian tenggelam oleh kelamnya kesendirian, kelamnya kehampaan. Aku benci kepada mereka, Abdul, Bayu dan Dedi. Tidur tenang setelah tadi tertawa-tawa bersama. Tiada sapaan atau sekedar basa basi apalah. Mereka membiarkanku sendiri dalam lamunan. Padahal kami tinggal sekamar di camp ini.
Aku menatap satu persatu wajah tenang yang aku benci itu. Ubay, seorang pemuda berumur 20 tahun. Berkulit hitam manis. Pandai memikat orang dengan tutur katanya yang sopan. Dia mampu menempatkan diri dengan baik ketika berada di antara orang-orang. Dan aku membencinya karena aku tidak seperti dirinya. Dedi, dia juga seumuran dengan Ubay. Tetapi dia lebih kurus dan lebih pendek. Giginya gingsul di sebelah kiri. Dedi adalah anak yang ramah. Dia murah senyum. Hidupnya lepas. Dan aku membencinya karena aku tidak seperti dirinya. Yang terakhir adalah Abdullah, dia paling sempurna di antara mereka. Jujur aku tidak ingin membencinya. Malah aku ingin bisa dekat denganya. Dia adalah calon sahabat sempurna di mataku. Abdullah juga berumur sama dengan Ubay dan Dedi. Dia memiliki kulit putih. Rambutnya cepak. Badanya proporsional. Dia rajin beribadah dan pandai mengaji. Sempat sekali waktu aku mendengar tilawahnya. Rasanya pilu. Pilu karena aku tidak seperti dirinya. Dia dekat dengan Tuhan sementara aku jauh. Dan itulah yang membuatku membenci dia.
Entah setan apa yang merasukiku, atau mungkin diriku memang sudah menjadi satu dengan setan. Bagiku, hidup mereka terlalu mudah. Aku akan membagi rasa sakit yang selama ini bersarang menggerogoti hatiku kepada mereka. Aku harus melakukan sesuatu.

Belati yang indah, belati kesayanganku. Aku mendapatkanya tiga bulan yang lalu di sebuah toko penjual senjata tajam. Belati ini belum pernah aku pakai sebelumnya, akan tetapi selalu ku asah setiap tiga hari sekali dikala senja untuk menjaga agar dia tak dimakan karat. Dan aku ingin menguji seberapa tajam belati kesayanganku ini.
Aku kembali melihat Ubay. Aku Mengecup keningnya sebagai tanda perpisahan. Ku jilat sedikit bibirnya. “Maafkan aku bocah menyenangkan. Aku bukan tak senang padamu. Tetapi aku hanya ingin berbagi rasa sakit denganmu”. Aku mengangkat belatiku, mengarahkanya ke dada bidang Ubay. Tepat mengenai jangtungnya. Aku segera membekap mulutnya dengan bantal untuk meredam suara sekaratnya. Suara percakapan dia dengan malaikat maut. Sekarang dia telah diam, kaku dan perlahan mendingin. Ku cabut belati kesayanganku, belati kebanggaanku dari dadanya. Darah yang keluar dari dadanya sungguh wangi. Berwarna merah segar. Aku mendekatkan mulutku tepat di dadanya yang terluka. Ku hisap sedikit, lalu aku menjilatinya sebentar. Nikmat sekali. Aku puas. Hahahaha… aku sangat puas.
Kini giliran Dedi, anak gingsul yang ramah ini akan segera menyusul temanya, Ubay. Ku pandangi sekali lagi dia. Kurus, pasti lebih mudah untuk menghunuskan belati ini ke dadanya. Aku Mengecup keningnya sebagai tanda perpisahan. Ku jilat sedikit bibirnya. “Maafkan aku gingsul. Aku bukan tak senang padamu. Tetapi aku ingin kamu menemani Bayu. Karena bukankah kamu pernah bilang bahwa bayu adalah sahabat sejatimu? Sudah sepantasnya seorang sahabat sejati itu selalu ada di samping sahabatnya. Kala senang maupun susah”. Aku tersenyum padanya seraya mengangkat belatiku dan mengarahkanya ke dada kering Dedi. Tepat mengenai jantungnya. Aku segera membekap mulutnya dengan bantal, sama seperti apa yang ku lakukan kepada Bayu. Ku cabut belati kesayanganku, belati kebanggaanku dari dadanya. Darah bocah ginsul itu mengalir deras. Warnanya merah pekat, baunya segar. Aku mendekatkan mulutku tepat di dadanya yang terluka. Ku hisap sedikit, lalu aku menjilatinya sebentar. Darahnya yang merah pekat lebih gurih dari pada darah Bayu yang merah segar.
Tinggal satu lagi. Bocah cepak yang rajin shalat dan pandai tilawah ini. Aku pandangi dirinya dari ujung rambut sampai ujung kaki sekali lagi. Ada satu rasa yang aku sendiri tak mengerti apa itu. Wajahnya begitu teduh menenangkan. Ternyata dia terlihat lebih tampan ketika tidur. Nafasnya teratur. Orang baik seperti dia pastiah diberikan mimpi yang indah dalam tidurnya. Mimpi bertemu bidadari-bidadari. Tidak seperti diriku, seringnya tidak bermimpi. Sekalinya bermimpi, bukan mimpi indah yang aku dapati. Mimpi dikejar hantu lah, buaya lah, diguna-gunain orang lah dan lain-lain yang tak kalah mengerikannya.
Aku Mengecup keningnya sebagai tanda perpisahan. Tetapi tidak kujilat bibirnya. Aku melewatkan satu ritual itu. Aku tak berani. Ada sesuatu yang menghalangiku, dan aku tak kuasa menembusnya. Tiba-tiba air mataku menetes. Ada rasa pilu yang mengalir di dalam darahku. Ada rasa sakit yang menusuk hatiku. Rasa takut kehilangan. Dia, bocah pelontos itu, kenapa aku tak bisa? Dua bocah sebelumnya berhasil ku bunuh dengan lancar tanpa satu kendala apapun. Tetapi dia…
“Maafkan aku… maafkan aku… Abdul… lah… aku tidak ingin kamu bersama mereka. Aku ingin kamu menjadi sahabatku. Akan tetapi, aku lebih hina dibanding mereka. Aku hanyalah seorang manusia yang menyesatkan dirinya. Yang hatinya diselimuti kabut hitam nan pekat. Maafkan aku… aku harus mempersatukanmu bersama mereka, Bayu dan Dedi”. Aku mengarahkan belati pada dadanya. Setetes air mataku jatuh tepat ke bibirnya. Terhisap olehnya. Aku memalingkan wajahku.
Allahu Akbar… Allahu Akbar
Allahu Akbar… Allahu Akbar
Suara adzan subuh berkumandang.
Asyhadu Alla Ilaha Illallah
Asyhadu Alla Ilaha Illallah
Syahdu dan merdu ditengah heningnya pagi.
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah
Tanganku berhenti bergerak
Hayya’alash Sholah
Hayya’alash Sholah
Bibirku terkunci, hatiku bergetar hebat.
Hayya’alal Falah
Hayya’alal Falah
Pilu. Mata ini semakin deras mengucurkan air mata.
Ashalatu Khairum Minan Naum
Ashalatu Khairum Minan Naum
Ada rindu yang membuncah. Merasuk qalbu.
Allahu Akbar… Allahu Akbar
Lailaha Ilallah
Ada penyesalan yang teramat dalam menusuk hati.
Aku ingin kembali
Kembali padaMu wahai Tuhanku
Tiba-tiba aku tersadar dari keterpesonaanku terhadap adzan subuh tadi. Hati yang sempat dingin, bergolak kembali. Putih yang sempat menyelimuti, tenggelam kembali. Hitam kian bertahta menjajah hati. Misiku belum selesai. Aku tak bisa membiarkan Abdullah hidup. Dia akan membuatku sengsara. Dia pasti akan melaporkanku ke polisi. Ku tarik nafas dalam-dalam, ku keluarkan perlahan, berat… berat sekali. Ku tutup mataku dan ku hunuskan belati itu tepat ke jantungnya.

Mataku terbuka. Cahaya lampu mebuatku harus sedikit menyipitkan mata. Aku tak tahu apa yang terjadi tadi. Samar-samar aku melihat sesosok pemuda. Abdullah, ya Abdullah. Dia tersenyum padaku. Senyuman manisnya yang juga membuatku iri. Apakah tadi aku belum membunuhnya? Ataukah Abdullah yang berada di depanku adalah arwah yang ingin balas dendam? Badanku mendadak dingin. Bulu kuduku berdiri. Dia terus menatap lekat mataku. Tersenyum padaku. Belati, di mana belatiku. Ku lihat tanganku, tidak ada darah. Tanganku bersih. Aku cubit pipiku, rasanya sakit. Dia tertawa. Apa yang dia tertawakan? Apakah ada yang lucu denganku? Ataukah dia senang melihat diriku yang ketakutan ini? Tetapi, kalau dia hendak membalas dendam, mengapa tatapanya itu teduh? Aku tidak merasa dia mengintimidasiku. Dia terlihat manis seperti biasanya. Ahhhhhh…
“Kang.. Kang, bangun! Ini Abdullah.”
“Dari semalam badan Akang panas. Aku, Bayu dan Dede gantian jagain Akang. Syukur kalau Akang sudah bangun. Itu artinya Akang sudah baikan”.
“Panas? Baikan? Kamu? Kalian? Jagain Akang?”
“Yupe.”
“Kamu jangan berpura-pura membohongiku. Jika kamu ingin balas dendam, bunuh saja aku. Aku juga sudah bosan hidup. Jangan berpura-pura baik lalu menerkam. Aku gak suka”.
“Astagfirullah, Kang. Eling, buat apa Abdul bunuh Akang. Apa untungnya coba? Akang mimpi buruk ya?”
“Mimpi buruk?”
“Ya mimpi buruk.”
Aku terdiam kaku. Tak ada niat sedikitpun tuk bangun. Semuanya membuatku pusing. Jika tadi adalah mimpi, mengapa semuanya terasa begitu nyata. Mengapa aku sangat menikmatinya. Jika saat ini adalah nyata, mengapa mereka begitu baik. Bergantian menjagaku yang sakit. Tadi sore aku memang tak enak badan. Tetapi aku tak tahu kalau malam tadi demamku semakin tinggi.
Tiba-tiba Abdul bangkit, dia mengulurkan tanganya.
“Shalat yu!”
“Shalat?”
“Ya, shalat!”
Dia mengajaku shalat. Apakah tidak salah? Tiga tahun setengah, semenjak kedua orangtuaku berpisah, aku tidak mau lagi mengenal kata shalat. Aku kecewa kepada Tuhan. Aku merasa Dia tak adil. Sekarang, anak ini, Abdullah, mengajaku shalat? Padahal dia tahu sendiri kalau aku tak pernah shalat.
“Kang…”
Dia membuyarkan lamunanku. Tanganya masih terulur untuku. Rasa apa ini? Aku seperti ingin meraihnya.
Kini, tanganya telah menggenggam tanganku. Hangat, nyaman, rasanya hati yang kosong ini penuh terisi. Aku tak ingin tangan ini berpisah. Setidaknya dalam jangka waktu lama.
Dia menuntunku ke kamar mandi.
“Kang, Akang yang duluan wudhu ya. Aku mau bangunin Bayu sama Dedi dulu. Kasihan mereka kalau gak dibangunin. Nanti shalatnya berjamaah. Akang masih ingatkan do’a wudhu?”
Aku hanya mengangguk. Walaupun sudah tiga setengah tahun aku tak shalat, aku masih ingat do’a berwudhu.

Aku, Bayu dan Dedi berdiri di belakang Abdul. Dia yang menjadi imam kami.
“Aku lupa do’a kunut”. Celetuku
“Do’a kunut kan sunat, jadi kalaupun gak dipakai, ya gak apa-apa”
Aku mengangguk.
“Ushali Fardhash-Subhi Rak’ataini Mustaqbilal-Qiblati ada’an Ma’muman Lillaahi Ta’aalaa. Allahu Akbar”. Aku mengangkat kedua tanganku kemudian meletakanya di dada.

Tenang, itulah yang aku rasakan saat ini. Ridu yang selama ini terkubur bangkit kembali. Aku merasa lebih ringan. Ketika shalat dan berdo’a tadi, air mataku bercucuran tanpa henti. Mungkin aku kelihatan cengeng di mata mereka. Tetapi aku tak peduli. Yang terpenting buatku adalah, aku bisa merasakan kerinduan yang sekian lama terpendam ini.
“Kita ngaji dulu yah!” ajak Abdul.
“Boleh…” Bayu dan Dedi kompak
“Surah apa?” tanya Dedi
“Menurut Kang Iskandar, kita mengaji apa hari ini?” Abdul meminta pendapatku
“Terserah kalian saja.” Jawabku
“Ayolah Kang, sekarang anggap saja hari spesial Kang Iskandar. Jadi, kita mau mengaji surah apa?” bujuk Abdul
Aku berfikir sejenak. Coba mengingat-ingat sesuatu.
“Hmmm… waktu aku kecil dulu, setiap malam jum’at, aku dan guru ngajiku selalu membaca sepuluh ayat pertama surah At-Kahfi dan Surah Yasin. Tapi, hari ini kan minggu pagi.”
“Mengaji iu tak pandang hari, Kang. Ga ada aturanya juga harus ngaji surah ini di hari ini.” Abdul tersenym kepadaku
Kami mulai mengaji. Abdul yang memimpinya. Tilawah pagi ini menyempurnakan pelepasan rinduku kepada Tuhan.
Mulai pagi tadi, aku dan mereka resmi bersahabat. Aku menceritakan semua mimpiku dan keluh kesahku kepada mereka. Mereka memang pendengar yang baik. Mereka bukan hanya sekedar bersimpati kepadaku, tetapi juga berempati. Dan aku baru sadar akan sesuatu tentang diriku. “Bukan mereka yang menjauhiku, bukan pula mereka yang tak mau menjadi sahabatku selama ini. Akan tetapi aku yang terlalu menutup diriku sehingga mereka tidak bisa menjangkaunya”. Harapanku, persahabatan yang diawali dengan indah ini akan berakhir dengan indah pula. Amin.
End
Sedikit celoteh* untuk sahabatku
Sahabat, sedang apa kalian di sana? Apakah pernah satu ketika kalian merindukanku seperti aku yang sering merindukan kalian? Apakah pernah satu ketika kalian memikirkanku seperti aku yang sering memikirkan kalian? Apakah pernah satu ketika kalian mengenang kebersamaan kita dulu seperti aku yang selalu mengenangnya? Apakah kalian mengukir namaku seperti aku yang mengukir nama kalian?
Sahabat, bagaimanapun sikap kalian kepadaku saat ini, kalian adalah sahabatku, dan tetap akan menjadi sahabatku. Aku akan tetap merindukan kalian, memikirkan kalian, mengenang kebersamaan kita dulu dan aku takkan pernah menghapuskan nama kalian di hati ini. Percayalah, karena ini janji seorang sahabat sejati untuk sahabat sejatinya. Aku cinta kalian semua.
*Kata celoteh aku pinjam dari sahabatku, Lalila. Di setiap syair indah yang ia tulis, celoteh selalu ada menghiasinya.
Dariku yang merindu sahabat, Kang Zaen

Rabu, 25 Februari 2015

Akhlak Nabi Dalam Peperangan


Mungkin orang-orang yang membaca artikel ini akan sedikit tercengang, apa benar dalam peperangan itu ada kasih sayang?
Terkejut dan kaget itu wajar saja karena kita telah melihat peperangan secara umum yang terjadi di belahan dunia ini. Berbeda dengan peperangan Islam, perang dalam Islam bukanlah suatu ekspresi liar yang bertujuan merendahkan orang lain. Namun perang dalam Islam adalah peperangan dengan bimbingan ilahi bukan untuk menindas yang lemah dan menampilkan superioritas. Perjalanan kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bukti yang nyata atas praktik tersebut. Beliau mempraktikkan aturan-aturan perang dalam Islam tanpa berlebihan juga tidak menyepelekan. Apa yang beliau praktikkan dalam peperangan menunjukkan ketinggian dan kemuliaan akhlak secara umum. Kasih sayang yang begitu has, hingga menyentuh semua sisi kehidupan.
Demikian juga dalam perang, praktik akhlak yang mulia dalam kondisi ini bukanlah pengecualian. Sehingga amat dikenal peperangan dalam Islam itu adalah praktik akhlak yang sempurna.
Ketika membaca beberapa peperangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik perang yang langsung beliau pimpin atau beliau mengamanahi seorang sahabat untuk memimpinnya, jelaslah ketinggian metode perang nabawi ini. Perang ini menunjukkan kedalaman iman. Menunjukkan mulianya generasi awal yang mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan benar-benar terwarisi dalam banyak kisah penaklukkan mereka di masa al-Khalifah al-Rasyidun.
Menjaga Darah
Umumnya pasukan yang menang atau lebih superior, mereka menolak untuk diajak memberhentikan peperangan. Karena mereka memiliki kesempatan untuk mengalahkan musuh, lalu menguasai daerah mereka. Dan kita lihat, negara atau kaum yang lemah biasanya mereka mengajukan perjanjian damai. Bagi mereka yang kuat, ekspansi pun akan terus berlanjut. Bukan saja nyawa yang hilang, akan tetapi malapetaka penjajahan dilakukan.
Kondisi demikian tidak pernah terjadi sekalipun di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menjadikan perang sebagai solusi utama. Hal itu beliau tempuh sebagai alternatif terakhir karena untuk membela diri atau karena orang-orang yang memerangi beliau tidak mengetahui tentang Islam. Jika mereka tahu akan Islam, niscaya mereka akan memeluk Islam bahkan membelanya. Karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam peperanganya berkeinginan kuat untuk tidak menumpahkan darah musuhnya. Dan beliau mempersiapkan hal itu dengan sebaik-baiknya. Sekiranya orang-orang yang tidak mengenal Islam itu mempelajari Islam sebelum mereka mengambil sikap, niscaya mereka tahu bahwa syariat Islam adalah syariat yang penuh kasih sayang.
Orang yang memeluk Islam saat perang berkecamuk, maka ia tidak boleh dibunuh.
Di antara ajaran Islam yang menunjukkan betapa Islam tidak ingin menumpahkan darah adalah ketika ada seseorang dari pihak musuh yang memeluk Islam saat perang tengah berkecamuk, maka ia tidak boleh dibunuh. Walaupun keislamannya itu meragukan (karena takut atau sudah terdesak pen.).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah marah kepada Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu karena ia membunuh seseorang yang memeluk Islam tatkala perang berkecamuk. Diriwayatkan dalam Shahih Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengirim suatu pasukan menghadapi kaum musyrikin. Ketika kedua pasukan tersebut bertemu, orang-orang musyrik menyerang orang muslim, maka mereka sengaja menyerangnya. Adapun kaum muslimin, menunggu mereka lalai. –Perawi hadits- mengatakan, “Kami mempertanyakan apa yang dilakukan oleh Usamah bin Zaid. Ketika ia mengangkat pedangnya, orang musyrik yang diperanginya mengucapkan laa ilaaha illallah. Namun Usamah tetap membunuhnya. Lalu datanglah orang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya dan mengabarkan kepada beliau tentang apa yang dilakukan Usamah.
Rasulullah memanggil Usamah dan bertanya, “Mengapa engkau lakukan itu?” Usamah menjawab, “Wahai Rasulullah, dia telah menyakiti umat Islam dan telah membunuh fulan dan fulan –Usamah menyebutkan beberapa nama-. Aku telah mengalahkannya. Ketika ia melihat pedangku, barulah ia mengucapkan laa ilaaha illalla”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapi, “Jadi engkau membunuhnya?!” “Iya.” Jawab Usamah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa yang akan engkau pertanggung-jawabkan dengan kalimat laa ilaaha illallah pada hari kiamat nanti?”
Usamah berkata, “Wahai Rasulullah, doakan ampunan untukku”. Rasulullah tetap mengatakan, “Apa yang akan engkau pertanggung-jawabkan dengan kalimat laa ilaaha illallah pada hari kiamat nanti?” dan beliau terus-menerus mengulangi kalimat tersebut.” (HR. Muslim di Kitabul Iman).
Inilah sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yang memerangi beliau. Beliau tetap bersikap adil. Padahal Usamah bin Zaid adalah termasuk orang kesayangan beliau.
Orang yang dibunuh Usamah ini bukanlah orang kafir biasa. Ia adalah seseorang yang telah menyakiti dan membunuh beberapa orang dari umat Islam. Kemudian Usamah berhasil mengalahkannya, saat ia mengangkat pedangnya untuk tebasan terakhir, orang tersebut mengucapkan laa ilaaha illallah. Dalam keadaan demikian, pasti orang-orang akan mengatakan apa yang Usamah katakan. Yaitu orang itu mengatakan kalimat laa ilaaha illallah sebagai taktik melindungi diri agar tidak terbunuh. Jika tidak dalam keadaan terdesak, ia tidak akan mengatakan kalimat tauhid tersebut. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menerima alasan tersebut.
Sikap Rasulullah ini menunjukkan bahwa beliau ingin agar darah itu tidak tertumpah dan memaafkan orang tersebut. Perhatikanlah! Adakah sikap ini dalam benak para pemimpin dunia dari kalangan non muslim? Tentu tidak akan kita dapati. Sikap demikian hanya akan didapati pada orang-orang yang berperang dengan niat seperti niat berperangnya Rasulullah dan para sahabatnya; mengajak orang yang kafir menjadi beriman. Mengajak mereka ke surga dan terhindar dari neraka. Inilah bentuk kasih sayang yang begitu indah untuk direnungkan.
Rasulullah Menerima Ajakan Perdamaian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mensyaratkan musuh memeluk Islam, baru perang dihentikan. Beliau menempuh cara apapun agar peperangan segera berhenti dan darah musuh tidak tertumpah. Walaupun perdamaian diajukan musuh tatkala mereka benar-benar lemah dan terdesak. Contohnya dalam peperangan berikut ini:
Perang Khaibar
Ketika kemenangan kaum muslimin telah tampak, orang-orang Yahudi Khaibar mengajukan perjanjian damai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu apa yang dilakukan oleh Rasulullah? Simak penuturan Imam Ibnu Katsir rahimahullah berikut ini:
“Ketika orang-orang Yahudi yakin mereka akan kalah, karena telah dikepung oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama 14 hari, mereka mengutus Ibnu Abi al-Huqaiq. Ia mengadakan perjanjian damai dengan Rasulullah. Beliau sepakat untuk menghentikan pertumpahan darah, namun mereka dikeluarkan dari Khaibar, dan menyerahkan harta benda dan hewan tunggangan mereka kepda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali yang melekat pada diri mereka yakni pakaian. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وبَرِئَتْ مِنْكُمْ ذِمَّةُ اللهِ وَذِمَّةُ رَسُولِهِ إِنْ كَتَمْتُمْ شَيْئًا
“Jaminan Allah dan Rasul-Nya terlepas dari kalian jika kalian menyembunyikan sesuatu.” (Sirah Nabawiyah oleh Ibnu Katsir, 3: 367).
Yahudi Khaibar adalah mereka yang memiliki keinginan kuat dan mengerahkan segala kemampuan untuk memerangi umat Islam. Hal itu telah mereka lakukan dua tahun sebelum terjadi Perang Khaibar. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap menerima permintaan damai mereka dan melindungi darah mereka.
Perang Bani Musthaliq
Pada Perang Bani Musthaliq, Allah Ta’ala memberi kemenangan untuk kaum muslimin. 100 rumah dari Bani Musthaliq berhasil dikuasai umat Islam. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membunuh mereka. Beliau tidak menerapkan hukuman sebagaimana para pemimpin di masa itu atau bahkan di masa sekarang lakukan. Bahkan Rasulullah membebaskan mereka semua dan mendudukkan tokoh mereka, Jauriyah binti al-Harits radhiallahu ‘anha, sebagai wanita yang mulia di hadapan kaum muslimin. Rasulullah menikahi Juwairiyah dan menjadikannya salah seorang di antara ibu orang-orang yang beriman.
Pernikahan Rasulullah dengan tokoh Bani Musthaliq ini membuat para sahabat membebaskan semua tawanan Bani Musthaliq. Mereka enggan menjadikan besan Rasulullah sebagai tawanan perang.
Sejarah yang kita baca ini bukanlah perjalanan hidupnya malaikat. Ini adalah sejarah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman dengan Islam dan mempraktikkannya dalam kehidupan mereka.
Apa yang kit abaca adalah bukti sebuah kasih sayang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau sangat berupaya untuk tidak menumpahkan darah orang-orang yang memerangi beliau. Bersamaan dengan kasih sayang itu, orang-orang tetap memerangi beliau.

Selasa, 24 Februari 2015

MUSTIKA BATU AKIK

Di alam gaib ada banyak sekali mustika yang bentuknya serupa dengan
batu permata dan batu akik seperti di alam nyata manusia, seperti batu
berlian, batu giok, biduri bulan, safir, jamrud, tapak jalak, kendit,
dsb. Batu-batu tersebut memberikan tuah seperti batu sejenisnya di
alam manusia, tetapi kekuatan tuahnya bisa puluhan atau ratusan kali
Ilustrasi Gambar.
lipat dibanding batu sejenisnya di alam manusia karena kegaiban mahluk
gaib di dalamnya. Perwatakan mahluk gaib di dalamnya dan tuah /
karisma yang berasal daripadanya sesuai dengan sifat dari
masing-masing batunya.

Ada beberapa jenis batu mustika dari alam gaib, selain batu mustika
merah delima, yang bila dicelupkan ke dalam air, maka airnya akan
berubah warna.
Misalnya batu mustika safir biru yang bila dicelupkan ke dalam air,
maka airnya akan berubah warna menjadi biru. Kegunaannya untuk
pengasihan, membersihkan aura tubuh dan menyelaraskan aura tubuh
supaya menjadi positif, dan untuk pengobatan sakit ringan.
Ada juga batu-batu mustika yang bila dicelupkan ke dalam air, maka
airnya akan berubah menjadi 2 warna, 3 warna, atau 5 warna (panca
warna).
Ada batu berlian mustika yang bila terkena sinar / cahaya akan
memantulkan / memancarkan warni-warni cahaya yang indah dan mencolok
mata, lebih daripada batu berlian biasa, apalagi bila dicelupkan ke
dalam air, maka airnya akan memancarkan cahaya warna-warni yang indah
sekali dipandang mata. Kegunaannya untuk menaikkan kharisma dan
membersihkan pancaran aura tubuh dan wajah. Hasilnya akan luar biasa
sekali bila mustika berlian ini dijadikan susuk di wajah.
Ada juga emas mustika, biasanya berbentuk bola-bola kecil seperti bola
pingpong atau seperti telur burung / ayam, yang bila sempurna ditarik
ke alam manusia, mustika emas itu memancarkan cahaya berwarna kuning
yang indah dipandang mata, berbeda dengan emas-emas lain yang biasa
saja.

Senin, 23 Februari 2015


Stadion Utama Riau Tak Terawat



PEKANBARU - Kondisi stadion Utama Riau yang merupakan stadion kebanggaan masyarakat melayu ini sangat memprihatinkan, tampak semak belukar yang tinggi menjulang menghiasi sisi luar gedung. Dan sampah sampah makanan berserakan di sekitar gedung Stadion yang menghabiskan biaya yang mencapai 1 trilyun tersebut sangat tidak terawat, beberapa bagian stadion seperti pintu masuk terlihat rusak dan hanya dilapisi triplek dan kayu.



Di bagian lagian tiang yang biasa digunakan untuk mengibarkan bendera sebagian ada yang patah. Bahkan sebelum mencapai stadion, lambang perahu lancang kuning yang dicat putih tampak sangat kotor dengan berbagai macam tulisan orang yang tak berbudaya.

Miris memang, Heru pengunjung tetap Stadion Utama dikala Minggu Pagi berpendapat sangat disayangkan stadion semegah ini terlihat hancur tak terurus. Padahal sudah memakan banyak biaya. "Ini pemborosan," ungkap Heru kepada RiauGreen.com, Minggu (14/09/2014).

Sependapat dengan Heru, Isnaini yang juga pengunjung stadion berharap Stadion ini di berdayakan. "Sangat disayangkan bila Stadion yang menghabiskan dana trilyunan rusak dan hancur begitu saja, sepertinya pemprov Riau hanya bisa membangun tapi tidak merawat," kata Isnaini yang berprosesi sebagai guru olah raga.

"Kalau di pandang, stadionnya kurang bagus, tapi stadion tersebut diberdayakan bagi masyarakat luas. Seperti mengadakan senam, karate, dan jenis olah raga lainnya. Maka terasa manfaat atas kehadiran Stadion itu sendiri," ungkap isnaini yang mewakili masyarakat Pekanbaru atau membuat jadwal pertandingan untuk di propinsi Riau. Sehingga Stadion bisa tepat guna. (rby)

Sabtu, 21 Februari 2015


Pengertian, Tujuan & Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam




Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah swt agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah swt untuk dipertanggungjawabkan.

Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 105:
Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan itu.
Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabada Rasulullah Muhammad saw:
Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapat ampunan.
(HR.Thabrani dan Baihaqi)

Tujuan Ekonomi Islam
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam system Islam mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.
Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:

1. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya.

2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.

3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa maslahah yang menjad puncak sasaran di atas mencaku p lima jaminan dasar:

· keselamatan keyakinan agama ( al din)

· kesalamatan jiwa (al nafs)

· keselamatan akal (al aql)

· keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)

· keselamatan harta benda (al mal)

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:

1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada manusia.

2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.

3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.

4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja.

5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang.

6. Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.

7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)

8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.

Sumber: Buku Saku Lembaga Bisnis Syariah yang diterbitkan oleh Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah.

KOKOLOGI


KOKOLOGI

 

TEST [KOKOLOGI]Yang Manakah Karakter Anda ?Ini adalah suatu permainan untuk mengetahui sifat serta karakter anda yang telah sangat terkenal di Jepang .. KOKOLOGY.Pertanyaan:A. Burung berwarna Biru...Suatu hari ada seekor burung tiba-tiba masuk kerumah anda dan terperangkap didalamnya, andapun berniat untuk memeliharanya, namun ada suatu keanehan yang terjadi pada burung tersebut.Pada hari pertama warna burung tersebut berubah dari biru menjadi kuning, hari kedua berubah lagi dari kuning menjadi merah terang, hari ketiga berubah lagi menjadi hitam.Dan coba pikirkan akan berubah menjadi warna apakah burung tersebut di hari berikutnya, coba pilih salah satu.....1. Tetap Hitam.2. kembali menjadi warna biru.3. menjadi warna putih.4. menjadi warna emas.B. Dibawah langit biruBayangkan anda ada disebuah dataran dengan langit yang begitu biru, dan sekali lagi bayangkan sebuah tempat dimana anda merasa nyaman dan tentram.Pilih salah satu dari 4 tempat dibawah ini...1. dataran yang dipenuhi salju putih.2. lautan biru.3. gunung yang hijau.4. padang yang dipenuhi bungan bewarna kuning.Jawaban.A. Burung Berwarna Biru.1. Burung tetap bewarna Hitam.Menggambarkan bahwa diri anda adalah seorang yang memilik pandangan yang pesimis.Apakah anda cenderung percaya bahwa sekali situasi menjadi buruk, maka tidak akan kembali normal? mungkin anda harus mencoba berpikir, ''jika situasi sudah sangat buruk, maka tidak akan berubah menjadi lebih buruk lagi.Ingatlah tidak ada hujan yang tak berhenti. dan tidak ada malam yang terus gelap dimana tidak ada fajar".2. Burung berubah kembali menjadi biru.Menggambarkan bahwa diri anda adalah seorang yang Optimis.Anda percaya bahwa hidup adalah campuran dari baik dan buruk. Tidak ada gunanya melawan kenyataan.Anda menerima kemalangan dengan tenang dan membiarkan segala sesuatunya berjalan sesuai dengan jalur tanpa stres dan kuatir. Harapan ini membuat anda menjalani gelombang kemalangan tanpa terhanyut didalamnya.





3. Burung berubah menjadi Putih.Mereka yang mengatakan bahwa burung akan berubah warna menjadi putih adalah orang tenang dan tegas dibawah tekanan.Anda tidak perlu menghabiskan waktu hanya untuk resah dan tidak mengambil keputusan ketika krisis timbul.Jika situasi memburuk, anda merasa lebih baik membuang kekalahan dan mencari cara baru mencapai sasaran daripada berhenti dalam kesedihan yang tak perlu.Pendekatan proaktif ini berarti segala sesuatu secara alami berjalan dengan lancar.4. Burung berubah menjadi warna Emas.Mereka yang berkata burung akan berubah menjadi warna emas,adalah seseorang yang tidak memiliki rasa takut.Anda tidak mengenal tekanan. Bagi anda, setiap krisis adalah sebuah kesempatan.Anda dapat dibandingkan dengan Napoleon, yang berkata "...Mustahil : Kata itu bukan bahasa perancis."Tapi berhati-hatilah untuk tidak membiarkan kepercayaan diri yang tidak terbatas mengalahkan anda.Ada batas yang tipis antara tidak memiliki rasa takut dan membabi buta.B. Dibawah langit Biru.1. Dataran yang dipenuhi salju Putih.Anda diberkati oleh sensitivitas khusus yang membuat anda mengerti dengan pandangan sekilas dan menguraikan masalah yang rumit tanpa membutuhkan bukti atau penjelasan. anda memiliki kemampuan untuk membuat keputusan dan bahkan menjadi seorang Visioner.Percayailah selalu intuisi anda yang pertama, mereka akan menuntun anda dengan baik.2. Lautan BiruAnda memiliki bakat alami untuk hubungan antar pribadi.Orang-orang menghormati kemampuan anda berkomunikasi dengan orang lain dan cara anda membantu bermacam-macam kelompok bersama-sama.Hanya dengan berada disana, anda membantu orang lain bekerja dengan lebih lancar dan efisien, membuat anda menjadi seorang anggota yang sangat berharga dalam suatu proyek atau tim.Ketika anda berkata " bagus. teruskan kerja anda yang baik," orang-orang tahu anda mengatakan yang sebenarnya.Jadi kata-kata itu sangat berarti bagi mereka yang mendengarkannya.3. Gunung Yang Hijau.Bakat anda adalah berkomunikasi yang ekspresif.Anda selalu dapat menemukan kata-kata untuk mengekspresikan apa yang dirasakan.Orang-orang segera menyadari itu juga sama persis dengan yang mereka rasakan. Mereka berkata bahwa berbagi kebahagiaan semakin menjadi berlipat ganda, sementara berbagi duka membuat kita semakin terpisah.Anda nampak selalu dapat menolong orang lain dan menemukan sisi yang benar dalam komunikasi.


4. Padang yang penuh dengan bunga berwarna Kuning.Anda adalah sumber pengetahuan dan kreativitas, penuh dengan gagasan dan potensi yang hampir tak terbatas.Tetaplah menyesuaikan diri terhadap perasaan orang lain dan jangan pernah berhenti membangun mimpi.Tidak ada apapun yang tidak bisa anda capai. 
 
 
 
 
 

Rabu, 18 Februari 2015

Makalah Ayat-Ayat Ekonomi takaran dan timbangan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Penetapan takaran dan timbangan ini adalah atas dasar keadilan Islam yang harus ditegakkan. Karena definisi adil akan berbeda antara satu dengan lain bila hanya mengikuti hawa nafsu. Adil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak dan berpihak kepada yang benar, berpegang pada kebenaran, dan sepatutnya tidak sewenang-wenang. Hal ini sejalan dengan prinsip kejujuran untuk mewujudkan keadilan, sesuai perintah Allah SWT untuk menyempurnakan takaran dan timbangan. Dalam Al-Isra 17:35, Allah SWT memerintahkan “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. Dan memberikan ancaman untuk pelaku yang curang didalam menimbang atau menakar, karena didorong hawa nafsu dalam mengambil keuntungan.
Seberapa jauh berkembangnya alat ukur yang dipergunakan untuk menakar dan menimbang sesuai dengan perkembangan teknologi,  namun semangatnya tidak boleh berubah ancaman yang sangat berat terhadap orang-orang yang “bermain-main” dengan takaran dan timbangan. Dalam Q.s al-Muthaffifin 83: 1-6 dinyatakan, “ Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta dipenuhkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.”
Segala macam bentuk kecurangan tentunya akan menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan. Oleh karena itu, Rasulullah mengingatkan lima perbuatan yang akan mengkibatkan terjadinya lima macam sanksi dalam kehidupan. (khamsun bi khamsin).  Pertama, mereka yang tidak menepati janji akan dikuasai oleh musuh mereka; kedua,  orang yang menghukum tidak sesuai dengan hukum Allah akan ditimpa kemiskinan; ketiga masyarakat yang telah bergelimang dengan perbuatan keji (al-fahisyah) akan menderita kematian; keempat mereka yang senantiasa berlaku curang dalam takaran akan mengalami krisis ekonomi dan kegagalan dalam pertanian;  kelima orang yang  tidak mengeluarkan zakat akan ditimpa kemarau panjang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Takaran dan Timbangan
Takaran adalah alat yang digunakan untuk menakar. Dalam aktifitas bisnis,  takaran (al-kail) biasanya dipakai untuk mengukur satuan dasar ukuran isi barang cair,  makanan dan berbagai keperluan lainnya. Kata lain yang sering juga dipakai untuk fungsi yang sama adalah literan. Sedangkan timbangan (al-wazn) dipakai untuk mengukur satuan berat. Takaran dan timbangan adalah dua macam alat ukur yang diberikan perhatian untuk benar-benar dipergunakan secara tepat dan benar dalam perspektif ekonomi syariah.
                                                                                               
2.2     Ayat-Ayat dan Hadist yang Menjelaskan Takaran dan Timbangan
QS Al-Muthaffifin : 1-3
 (٢) يَسْتَوْفُونَ النَّاسِ عَلَى اكْتَالُوا إِذَا لَّذِينَ  (١) لِلْمُطَفِّفِين وَيْلٌ
(٣)يُخْسِرُونَ وَزَنُوهُمْ أَوْ كَالُوهُمْ وَإِذَا
Artinya :
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi”

QS Asy Syu'ara : 181-183

  الْمُخْسِرِينَ مِنَ كُونُواﺗ وَلَا لْكَيْلَ أ أَوْفُوا

  ايمِلْمُسْتَقِ بِالْقِسْطَاسِ وَزِنُوا

(٣٨١)مُفْسِدِينَ الْأَرْضِ فِي تَعْثَوْا وَلَا أَشْيَاءَهُمْ النَّاسَ تَبْخَسُوا وَلَا


Artinya :
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan, dan timbanglah dengan timbangan yang lurus, Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”

QS  Al Israa' : 35
(٣٥) تَأْوِيلًا وَأَحْسَنُ خَيْرٌ ذَلِكَ الْمُسْتَقِيمِ بِالْقِسْطَاسِ وَزِنُوا كِلْتُمْ إِذَ الْكَيْلَ وَأَوْفُوا
Artinya :
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
Artinya :
    ”Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan ditimpa paceklik, susahnya penghidupan dan kezaliman penguasa atas mereka.

2.3     Asbabun Nuzul Ayat-Ayat Takaran dan Timbangan
Imam an-Nasa’i dan Ibnu Majah sanad yang sahih meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Ketika Nabi saw. Baru saja tiba di Madinah, orang-orang di sana masih sangat terbiasa mengurang-ngurangi timbangan (dalam jual beli). Allah lantas menurunkan ayat, “Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang) !” setelah turunnya ayat ini, mereka selalu menepati takaran dan timbangan.

2.4     Penjelasan Maksud Ayat-Ayat dan Hadist Mengenai Takaran dan Timbangan
QS Al-Muthaffifin : 1-3
(١) لِلْمُطَفِّفِين وَيْلٌ
Keyword :   لِلْمُطَفِّفِين   → Orang-orang yang curang

Azab dan kehinaan yang besar pada Kiamat disediakan bagi orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang. Allah SWT telah menyampaikan ancaman yang pedas kepada orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang yang terjadi di tempat-tempat jual beli di Mekah dan Madinah pada waktu itu.

(٢) يَسْتَوْفُونَ النَّاسِ عَلَى اكْتَالُوا إِذَا لَّذِينَ  
Keyword :  يَسْتَوْفُونَ   →  Istawfa yang berarti menerima sepenuhnya, lengkap, sampai nilai penuhnya, memenuhi. Asal kata yastafuun adalah wafa berarti 'sempurna, memenuhi, ketaatan, kesetiaan'.

Jika mereka menakar [untuk dirinya] dari orang lain, mereka menakar dengan penuh. Mufassir al-Maraghi menyebutkan bahwa ada seseorang yang bernama Abu Juhainah, pedagang di kota Madinah. Dalam aktifitas ekonominya selalu mempergunakan dua takaran. Salah satu takaran itu lebih besar dari yang lain. Bila membeli, dia pergunakan takaran yang lebih besar, dan dikala menjual, dia pakai takaran yang lebih kecil.  Kecelakaan besar yang diancamkan terhadap kecurangan semacam itu sudah barang tentu merupakan keniscayaan, Karena aktifitas itu mengakibatkan kerugian kepada  orang lain.
(٣)يُخْسِرُونَ وَزَنُوهُمْ أَوْ كَالُوهُمْ وَإِذَا
Keyword :  يُخْسِرُونَ   Yukhsirun berasal dari kata kerja khasira, membuat rugi,  kehilangan, tidak sampai, binasa.

Tetapi ketika mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya. Ketika muthaffifin (orang yang mengurangi takaran) berada dalam keadaan mampu memberi dan menerima secara adil, yang mereka lakukan dalam transaksi malah merugikan pihak lain dan menguntungkan diri mereka sendiri.
Ketiga ayat ini mencakup segala macam kecurangan dalam berbagai aspek dalam pergaulan hidup. Betapa besarnya dosa orang-orang yang memakan harta benda orang lain tanpa takaran dan timbangan yang benar seakan-akan mereka memakan harta orang lain dengan jalan kekuasaan atau kewibawaan dengan jalan mengkomersilkan jabatan. Tidak ragu-ragu lagi bahwa mereka itu dimasukkan golongan yang mendustakan hari pembalasan, walaupun lidah mereka berkata bahwa mereka itu mengaku orang-orang yang mukmin yang tulus ikhlas.

QS Asy Syu'ara : 181-183
(١٨١) الْمُخْسِرِينَ مِنَ كُونُواﺗ وَلَا لْكَيْلَ أ أَوْفُوا
Keyword :   لْكَيْلَ أ أَوْفُوا   Sempurnakanlah takaran

Maksudnya adalah jika kalian berjualan, maka takarlah pembelian mereka dengan sempurna, dan janganlah kalian merugikan hak mereka sehingga kalian memberikannya dalam keadaan kurang. Kemudian jika kalian membeli, maka ambillah seperti jika kalian menjual.
(١٨٢) الْمُسْتَقِيمِ بِالْقِسْطَاسِ وَزِنُوا  
Keyword :   Timbangan yang lurus

Maksudnya adalah timbanglah dengan timbangan yang lurus dan adil. Serupa ini disajikan di dalam surat al-muthaffifin, disertai dengan peringatan.
أَشْيَاءَهُمْ النَّاسَ تَبْخَسُوا وَلَا
Keyword :  Merugikan manusia pada hak-haknya

Maksudnya adalah janganlah kalian mengurangi hak orang lain dalam takaran, timbangan atau lain-lain, seperti pengukuran dan penghitungan. Bentuk pengurangan hak itu seperti mengambil telur yang besar dan memberi telur yang kecil, memberi roti yang kecil dan mengambil roti yang besar, dan seterusnya. Kemudian melarang mereka melakukan kejahatan yang bahayanya sangat besar, yaitu mengadakan kerusakan di muka bumi dengan segala bentuknya.
(١٨٣) مُفْسِدِينَ الْأَرْضِ فِي تَعْثَوْا وَلَا
Keyword :  Membuat kerusakan di muka bumi

Maksudnya adalah janganlah kalian banyak mengadakan kerusakan di muka bumi, seperti membunuh, memerangi, menyamun, merampas dan sebagainya. Setelah melarang mereka melakukan semua itu, selanjutnya syu’aib menakut-nakuti mereka dengan kemakmuran allah yang maha perkasa, yang telah menciptakan  mereka dan orang-orang sebelum mereka, yang lebih kuat dan lebih sombong dibanding mereka.

QS  Al-Israa' : 35
(٣٥) تَأْوِيلًا وَأَحْسَنُ خَيْرٌ ذَلِكَ الْمُسْتَقِيمِ بِالْقِسْطَاسِ وَزِنُوا كِلْتُمْ إِذَ الْكَيْلَ وَأَوْفُوا

Keyword :  Neraca yang benar
Sesudah itu Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin agar menyempurnakan takaran bila menakar barang. Yang dimaksud dengan menyempurnakan takaran ialah: pada waktu menakar barang hendaknya dilakukan dengan setepat-tepatnya dan secermat-cermatnya, tidak boleh mengurangi takaran atau melebihkannya. Karena itu maka seseorang yang menakar barang yang akan diterimakan kepada orang lain, demikianlah pula kalau seseorang menakar barang orang lain, tidak boleh dikurangi, sebab tindakan serupa itu merugikan orang lain. Demikianlah pula kalau seseorang menakar barang orang lain yang akan ia terima untuk dirinya, tidak boleh dilebihkan, sebab tindakan serupa itu juga merugikan orang lain.
Akan tetapi apabila seseorang menakar barang miliknya sendiri, dengan maksud dipergunakannya sendiri, maka tidaklah berdosa apabila ia mengurangi takaran atau menambahnya menurut sekehendak hatinya, sebab perbuatan serupa ini tidak ada yang dirugikan dan tidak ada pula yang merasa beruntung. Allah SWT juga memerintahkan kepada mereka agar menimbang barang dengan neraca yang benar. Neraca yang benar ialah neraca yang dibuat seteliti mungkin, sehingga dapat memberikan kepercayaan kepada orang yang melakukan jual beli, dan tidak memungkinkan terjadinya penambahan dan pemgurangan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
Keyword :  Ditimpa musim kekeringan
   Maksudnya adalah mereka ditimpa kekeringan dan paceklik, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala menahan hujan dari mereka (Dia tidak menurunkan hujan untuk mereka), dan jika bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan maka Allah akan mengirimkan musibah kepada mereka berupa serangga, ulat dan hama penyakit lain yang merusak tanaman. Dan jika tanaman itu berbuah maka buahnya tidak ada rasa manis dan segar. Betapa banyak petani yang melakukan kecurangan mendapati buah-buahannya tidak memiliki rasa.





























BAB III
KESIMPULAN

3.1     Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat kita mengambil kesimpulan bahwa Takaran adalah alat yang digunakan untuk menakar. Dalam aktifitas bisnis, takaran (al-kail) biasanya dipakai untuk mengukur satuan dasar ukuran isi barang cair, makanan dan berbagai keperluan lainnya. Sedangkan timbangan (al-wazn) dipakai untuk mengukur satuan berat. Takaran dan timbangan adalah dua macam alat ukur yang diberikan perhatian untuk benar-benar dipergunakan secara tepat dan benar dalam perspektif ekonomi syariah.
Sejalan dengan semangat ekonomi yang menekan akan terwujudnya keadilan dan kejujujuran, perintah untuk menyempurnakan takaran dan timbangan berulang kali ditemukan dalam al-Quran. Dalam QS Al-Isra’ 17: 35, Allah Swt. Sebagai pemilik mutlak alam semesta memerintahkan, “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. Adanya kecurangan dalam menakar dan menimbang terjadi karena adanya ketidakjujuran, yang didorong oleh keinginan mendapat keuntungan yang lebih besar  tanpa peduli dengan kerugian  orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Mardani. “Ayat-Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah”. Jakarta : RajaGrafindo Persada. 2011
Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ekonomi Islam.Yogyakarta : ,Pustaka Pelajar   2003